Jumat, 26 Agustus 2011

Pulau Nias - Pulau yang Banyak Dikunjungi Wisatawan


Kepulauan Nias memiliki warisan alam dan budaya yang menakjubkan. Nias memiliki situs peninggalan megalitik yang unik dan berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia. Peninggalan era megalitikum tersebut berupa desa tradisional dengan rumah-rumah adat berarsitektur unik dan antik, tradisi lisan, serta berbagai kesenian dan kerajinan nasional yang memikat

Pariwisata budaya berkelanjutan yang diinginkan dan diterapkan Nias, memilki warisan hoho (syair) dan mithos tentang “langit yang berlapis sembilan.” Melalui konsep ini dengan mengangkat keterlibatan masyarakat guna mendukung kegiatan pariwisata di daerahnya melalui sentra-sentra pariwisata berbasis pada kegiatan hidup mereka sehari-hari.

Pariwisata Nias melalui desa tradisional Bawomataluo (bukit Matahari) yang lengkap dengan peninggalan budaya megalitik sebagai sentra pariwisata. Karena banyak pengakuan Wisman yang pernah berkunjung ke desa ini, layaknya menginjakkan kaki pada sensasi suatu peradaban ratusan tahun lalu.

Wisatawan dapat melihat langsung kehidupan sehari-hari masyarakat Nias yang tinggal di rumah-rumah trasidional. Desa pesisir atau pulau di selatan dapat dibina dengan mengangkat pada hidup keseharian nelayan atau petani tradisional di wilayah tengah dan barat Pulau Nias yang selama ini, bagaikan terpisahkan pagar yang besar, tinggi dan kukuh.

Membangkitkan kembali kepariwisataan Nias paska gempa dan Tsunami, kewirausahaan masyarakat secara menyeluruh menjadikan kehidupan manusia yang berkaitan dengan gagasan, perilaku dan material. Sehingga budaya yang dimaksudkan, tidak hanya kesenian, tingkat kemajuan teknologi atau hasil karya yang indah-indah. Tetapi juga emliputi karya Ono Niha dalam mempertahankan dan meningkatkan taraf hidup mau pun, proses adaptasi dengan lingkungan yang sangat akrab dengan terjadinya bencana.

KABUPATEN Nias dengan ibukota Gunungsitoli yang dipisahkan oleh Samudera Hindia dengan Pulau Sumatera, dapat ditempuh melalui udara dari ibukota Provinsi Sumatera Utara, dengan pesawat terbang melalui bandar udara (Bandara) Polonia dan mendarat di lapangan terbang, Binaka.

Lapangan terbang Binaka dengan Gunungsitoli hanya berjarak, 15 kilometer. Sedangkan dari laut dihubungkan dengan jalur pelayaran tetap dari Sibolga menuju ibukota kabupaten, Gunungsitoli atau dari Sibolga menuju Teluk Dalam.

Teluk Dalam merupakan sentra wisata yang berbasis peninggalan budaya megalitik dan menjadi andalan kunjungan wisatawan mancanegara, paling menonjol keberadaan Desa Bawomataluo (Bukit Matahari) yang lengkap dengan rentangan bangunan rumah adat.

Di Desa Bawomataluo inilah, wisatawan yang berkunjung bukan saja bisa menikmati keindahan arsitektur bangunan rumah adat Omo Hada, juga pagelaran Tari Baluse (Tari Perang) mau pun Hombo batu (Lompat batu).

Pantai Lagundri, kawasan pantainya merupakan bentangan pasir yang lebar dan memanjang hingga puluhan meter. Pantai ini menjadi tujuan utama Wisman yang khusus menghabiskan waktunya untuk berselancar atau olah raga ski air.

Pantai Lagundri dinilai unik dibandingkan dengan kawasan pantai-pantai lainnya, karena memiliki 15 jenis ombak (gelombang). Di desa- desa pantai ini tidak didapati rumah adat dan dikenal sebagai kawasan komunitas kaum Muslim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar