Kamis, 25 Agustus 2011

5W 1H TERHADAP GAJAH


Pintu gerbang Taman Nasional Way Kambas







Ironi Bencana Gajah Lampung
Keberadaan hutan seharusnya memberikan dampak positif bagi masyarakat. Tetapi terjadinya kerusakan hutan, justru menjadi potensi bencana. Salah satu bencana akibat kerusakan hutan di Lampung adalah terjadinya bencana gajah.
Bencana ini seolah menggambarkan terjadinya konflik antara masyarakat dan satwa gajah, yang baru-baru ini terjadi kembali di Kecamatan Way Jepara, Lampung Timur. Gajah diketahui berasal dari Taman Nasional Way Kambas (TNWK), yang berbatasan langsung dengan 36 desa di sekitarnya. TNWK merupakan rumah perlindungan bagi sekitar 350 gajah Sumatera dari ancaman kepunahan.
Selama lima bulan terakhir, tercatat sudah terjadi 17 kali bencana gajah dengan warga yang tinggal di sekitar hutan penyangga TNWK. Akibatnya, ratusan hektar lahan pertanian padi, jagung, singkong serta perkebunan milik warga rusak dimakan dana diinjak-injak gajah. Sedangkan di lain pihak, dua gajah penghuni TNWK tewas akibat tindakan aparat dan warga.

Taman Nasional Way Kambas
Pada awalnya status kawasan taman nasional way kambas merupakan tempat suaka margasatwa di tahun 1924, kemudian ditingkatkan menjadi suaka alam pada tahun 1937, berdasarkan Keputusan Gubernur Hindia Belanda Nomor 14 Stbl 1937 tanggal 26 Januari 1937. kemudian pada tahun 1989 melalui Keputusan Menteri Kehutanan No.444/ Menhut/II/1989, kawasan ini dinyatakan menjadi Taman Nasional.
Kawasan Taman Nasional Way Kambas dengan luas 130.000 ha yang saat ini dikelola oleh Balai Konservasi Sumber daya Alam Tingkat I Propinsi Lampung, yang sebagian besar merupakan dataran rendah yang sedikit bergelombang dengan ketinggian yang bervariasi dari 0- 98 meter diatas permukaan laut, dengan memiliki dua musim yang berbeda, musim hujan antara bulan Okbober sampai April dan musim kering antara bulan Mei sampai September.
Taman Nasional Way kambas memiliki potensi pariwisata yang cukup tinggi dengan keindahan alam yang cukup menarik dan bervariasi, mulai dari keindahan alam, ekosistem, hutan magrove, hutan pantai, hutan hujan, dataran rendah dan lain-lain kesemuanya ini bisa dinikmati dengan cara menyelusuri sungai-sungai besar yang ada di sekitar Taman Nasional Way Kambas, seperti Way Panet dan Way Wako dengan menggunakan kapal motor speed Board.
Taman Nasional Way Kambas memiliki beberapa potensi yang cukup menarik utuk dikunjungi oleh wisatawan baik Domestik maupun mancanegara karena taman ini terdapat :
Taman Nasional Way Kambas secara administratif pemerintahan terletak di Kecamatan Way Jepara, Labuan Meringgai, Sukadana, Purbolinggo, Rumbia dan Seputih Surabaya, Kabupaten Lampung Tengah, Propinsi Lampung. 

Jenis–jenis Fauna yang terdapat dalam kawasan ini terdiri dari berbagai spesies satwa liar yang terkenal di dunia misalnya;
��Harimau Sumatera (Panthera Sumatra)
��Anjing Liar Asia (Cuon Apinus )
��Tapir (Tapirus Indicus)
��Badak
��Gajah Sumatera (Elephans Maximus Sumateranus)
��Enam jenis primata, yaitu jenis kera merupakan potensi yang cukup besar, sehingga pada tahun 1983 diselenggarakan kursus primata guna mendidik kader konsevasi dalam bidang primata. Adapun ke enam jenis ini adalah Siamang, Owa-owa, Lutung, Kera , Beruk, Siumpai.
��Jenis reptilia yang dapat dijumpai adalah buaya yang terdapat di rawa-rawa dan sungai-sungai yang mnyebar di kawasan Taman Nasional Way Kambas.
��Jenis burung ditaman ini mencapai + 286 jenis burung, seperti Bangau putih, Rangkok, Ibis jambul hitam, pecuk ular, raja udang dan lain-lain

Di dalam kawasan Taman Nasional Way Kambas juga terdapat Pusat Pelatihan Gajah (Elephant Training Centre) dengan areal seluas + 500 ha yang dioperasikan mulai tanggal 29 Agustus 1985. dalam daerah ini wisatawan dapat menyaksikan bagaimana Gajah yang semula liar, tetapi bisa dijinakkan dan dilatih menjadi sahabat untuk membuat atraksi maupun rekreasi dan juga untuk kepentingan lain.

Jenis Flora yang terdapat di Taman Nasional Way Kambas seperti ;
��Berdasarkan ekosistem didominasi
O   Hutan Mangrove, seperti Api-api, Rhizophorasp Nipah, di sepanjang Way Kambas, Sekapuk, Wako, Way Pegadungan
O   Hutan Rawa, seperti Geam, Nibung, di Way Biru Wako dan Way Panet.
O   Hutan Pantai seperti Ketapang, Cemara Laut, Pandan, yang terdpat di sepanjang pantai dari Kuala Penet sampai Kuala seputih.
O   Hutan daratan rendah seperti Meranti, Salam, Rawang,Minyak yang terdapat di daerah Susukan Baru, Plang Ijo, Way Kanan, Rantau Jaya Ilir, Rasau, dan sekitarnya.
��Berdasarkan Type Vegetasi
O   Hutan skunder yang terdiri dari Meranti, Minyak, Sempur, Suren, Puspa, Jabon, Rengas.
O   Rawa atau daerah basah, seperti Nibung, inang merah, dan jenis rumput.
O   Tanaman Reboisasi pada vegetasi Alang- alang ; Lamtogung, Kaliandra, dan Jambu Monyrt.
Dari penjelasan diatas potensi alam Taman Nasional Way kambas yang memiliki nilai ekonomis tinggi, maka kawasan ini dapat menjadi salah satu daya tarik wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri, baik untuk rekreasi, penelitian, observasi, wisata alam dan sebagainya.

Potensi Flora
Taman Nasional Way Kambas merupakan perwakilan ekosistem hutan dataran rendah yang terdiri dari hutan rawa air tawar, padang alang-alang/semak belukar, dan hutan pantai di Sumatera. Kawasan ini terdiri dari hutan rawa air tawar, padang alang-alang/semak belukar dan hutan payau/pantai dengan jenis floranya yaitu : Api-api (Avicenia marina), Pidada (Sonneratia sp.), Nipah (Nypa fructicans), gelam (Melaleuca leucadendron), Salam (Eugenia polyantha), Rawang (Glocchidion boornensis), Ketapang (Terminalia cattapa), Cemara Laut (Casuarina equisetifolia), Pandan (Pandanus sp.), Puspa (Schima walichii), Meranti (Shorea sp.), Minyak (Diptorecapus gracilis), Merbau (Instsia sp.), Pulai (Alstonia angustiloba), Bayur (Pterospermum javanicum), Keruing (Dipterocarpus sp.), Laban (Vitex pubescens) dan lain-lain.

Potensi Fauna
Taman Nasional Way Kambas merupakan habitat Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), Gajah Sumatera (Elephas maximus), Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrensis), Tapir (Tapirus indicus), Beruang madu (Helarctos malayanus), Anjing hutan (Cuon alpinus), Rusa (Cervus unicolor), Ayam hutan (Gallus gallus), Rangkong (Buceros sp.), Owa (Hylobates moloch), Lutung Merah (Presbytis rubicunda), Siamang (Hylobates syndactylus), Bebek Hutan (Cairina scutulata), Burung Pecuk Ular (Anhinga melanogaster) dan sebagainya.
(dikutip dari : http://www.dephut.go.id/informasi/tamnas/tn5kam.html)
Humas Way Kambas : Dedi (081369378999)


Saran LKTRI :
  1. Luas wilayah yang telah ditetapkan untuk taman nasional, jangan diganggu-gugat oleh konorbasi kota.
  2. Lahan-lahan yang ada didalam pada dasarnya bukan untuk dijadikan PIR, atau Pertanian bagi para pensiunan yang menempati sebagian lahan didalamnya, termasuk penduduk lokal.
  3. Harus dibangun Lembaga Institut Taman Marga Satwa Dunia, agar riset-riset dan penelitian yang ada didalamnya dapat dipertanggungjawabkan, dan masyarakat yang ada di seluruh dunia harus mengetahuinya.
  4. Petugas yang ada harus disesuaikan dengan satwa yang ada serta perlengkapan dan peralatan yang dibutuhkan untuk mobilisasi sesuai dengan luas wilayah tersebut.
  5. Harus ada rumah sakit khusus yang menangani satwa yang dilindungi didalam taman nasional termasuk penyakit yang berdampak terhadap mereka dan manusia yang berada di sekelilingnya.
  6. Harus ada pendanaan dari dunia untuk menjaga kelestariannya.
  7. Perbatasan itu harus dibatasi dengan pagar yang jelas, atau penanganan sistem yang canggih sehingga dapat dikontrol dari pusat pemerintahan Ibukota RI dengan layar monitor.
  8. Penegakkan Hukum dan perlindungan harus ditegakkan secara murni dan konsekwen, karena itu adalah asset Bangsa Indonesia dan Dunia.
  9. Semua riset yang ada didalam harus ada pertanggungjawaban bagi Bangsa Indonesia dan dunia.
  10. Taman Nasional adalah tanggungjawab kita semua, karena jangan sampai terjadi, Pencurian, Penambangan, Pertanian lokal, dan sebagainya, yang pada dasarnya hanya mengambil keuntungan secara sepihak, ataupun tidak dapat akuntabilitasnya.
  11. Berapa biaya bimbingan Gajah tersebut sampai bisa menjadi gajah yang bisa mengisi kebun binatang Dunia dan sebagainya.
  12. Sistem transportasi didalamnya harus dibenahi layaknya seperti taman safari.
  13. Perhatian pemerintah tidak lepas dari biaya para petugas yang mengurus didalam, agar mereka juga dapat memberikan hasil yang baik dalam menjaga Taman Nasional.
  14. Dari Pemasukan Tiket yang masuk juga harus transparan.
  15. Dimana Hutan Di Indonesia ini yang masih lengkap dengan binatang yang ada di Way Kambas selain di Kebun Binatang...???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar